Kamis, 09 Januari 2014

WHO AM I (SIAPA DIRIKU)



Sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usahanya yang sangat besar untuk mengetahui dirinya. Kendatipun kita memiliki perbendaharaan yang cukup banyak dari hasil penelitian para ilmuan, fisolof, sastrawan, dan para ahli bidang kerohanian sepanjang masa ini. Tapi kita (manusia) hanya mampu mengetahui beberapa segi tertentu dari diri kita. Kita tidak mengetahui manusia secara utuh, yang kita ketahui hanyalah bahwa manusia terdiri dari bagian – bagian tertentu. Dan itu pun pada hakekatnya dibagi lagi menurut tatacara kita sendiri. Pada hakekatnya kebanyakan pertanyaan yang diajukan oleh mereka yang mempelajari manusia – kepada diri mereka – hingga kini masih tetap tanpa jawab !
Mempelajari manusia memang tak akan ada habisnya. Tulang yang terbungkus kulit, daging dan diberikan roh ini memiliki keunikan dan keragaman masing – masing.
Tidak ada satupun manusia didunia ini yang memiliki bentuk wajah yang sama persis. Orang kembar identik sekalipun pasti memiliki perbedaan. Kontur wajahnya, perbedaan ketika mereka tersenyum atau tertawa dan perbedaan lainnya. Lebih jauh lagi tentu mereka memiliki perbedaan sifat atau karakter yang dimilikinya.
Mempelajarimanusia adalah suatu hal yang sangat susah dilakukan. Apalagi menggali kemampuan terpendam yang dimiliki manusia. Untuk kita mengetahui diri kita saja kadang masih mengalami kebingungan dan kebuntuan. Kenyataan ini memunculkan pertanyaan, Siapa diri kita?
Beberapa teori disuguhkan kepada kita tentang bagaimana mengenali diri kita dan menggali potensi yang kita miliki. Bermacam pelatihan disodorkan untuk mencapai manusia yang mengerti dirinya.
Pada kenyataannya, tetap saja, ketika kita dihadapkan pada masalah yang sebenarnya sederhana dan kita mengetahui bagaimana memutuskannya, kadang kala kita masih banyak pertimbangan dan pada akhirnya ragu untuk memutuskannya. Bila ia sudah mengenal dirinya, tentu bukan perkara yang susah untuk mengambil keputusan atau mengatasi masalah yang dialami.
Manusia dibekali Allah SWT, sifat, pikiran,perasaan dan keinginan. Keempat hal itu saling mempengaruhi. Namun, tentu semua itu yang mengendalikan atau yang membuat “bayangan”, akan sesuatu yang ada dalam diri kita adalah pikiran.
Pikiran kita akan mempengaruhi emosi kita, dari emosi akan berkembang menjadi sebuah tindakan , dan dari tindakan itu akan memunculkan berbagai konsekwensi atau hal – hal apa saja yang dapat menimpa kita.
Pikiran kita merupakan anugerah yang luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Dengan pikiran kita bisa tertawa, menangis, sedih, gembira, marah, memiliki ambisi dan keinginan. Dengan pikiran pula dapat menjadikan diri kita seorang pahlawan atau pecundang.
Dengan pikiran, kita bisa menjadi seorang yang dihormati atau disepelekan menjadi orang yang sukses atau gagal dan sebagainya.

INTINYA
Pikiran adalah bagian dalam diri kita, seharusnya kitalah yang mengendalikan pikiran, bukan pikiran yang menguasai semua elemen yang ada dalam diri kita, seperti emosi, perasaan, ambisi, keinginan dan lain sebagainya bisa berubah seketika jika pikiran kita terganggu atau mendapat stimulan yang negatif dari luar.
Disinilah bagaimana kita melatih, bagaimana mengendalikan pikiran agar segenap rasa yang ada dalam diri kita tidak terpengaruh dan tetap pada jalur yang semestinya. Pikiran kita akan membentuk keadaan atau realita sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Bila kita berfikir bahwa kita akan gagal, kita akan menjadi orang yang gagal, kalau kita berfikir, “Ah ….susah saya gak bisa,” selamanya kita tidak akan bisa melakukan.
Kalau dalam istilah yang sekarang lagi trend disebut Law of attraction (hukum ketertarikan). Pikiran kita akan menarik dan membentuk realitas seperti apa yang kita pikirkan. “Jadi tidak ada sesuatupun yang baik atau buruk , hanya pikiran kita kitalah yang menjadikan demikian”.tentu, hal ini terlepas dari baik dan buruk atau apa yang diperbolehkan atau diharamkan oleh Allah SWT. Benar, saya mulai menciptakan pikiran – pikiran yang membahagiakan, saya tidak lagi berfikiran untuk menciptakan keadaan yang membuat saya marah”.
Pikiran kita dapat mempengaruhi seluruh elemen yang ada dalam diri kita, mulai dari yang sifatnya fisik sampai psikis. Dengan melihat kenyataan itu, pikiran memacu emosi kita. Ada sebuah pernyataan “ Pada saat itu saya benar – benar dikendalikan oleh pikiran dan perasaan saya, saya benar – benar tidak bisa menguasai diri saya”.
Bebaskan pikiran kita, Yakinkan dalam diri anda bahwa anda adalah orang yang baik dan anda berhak mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan di dunia ini, sebuah hubungan yang kita bina seharusnya memberikan kebaikan, kebahagiaan dan semangat. Bukan sebaliknya, hubungan justru mendatangkan kesedihan, penyesalan dan hilangnya semangat.
Memang, kadang manusia mengenal dirinya, tapi tidak mampu untuk menguasai dirinya. Kalau manusia mampu menguasai dirinya maka dia benar – benar mengenal dirinya.
Dengan berbagai kepentingan yang ada dalam dirinya, ia rela melepaskan apa yang seharusnya menjadi bagian dalam dirinya. Lambat laun, ia akan dengan mudah akan dikuasai nafsu, emosi, ambisi, dan kepentingan pribadi sehingga ia menjadi orang yang mengenal dirinya tapi tidak mampu menguasainya.
Allah SWT, ini memuliakan kita dalam firman-Nya :



Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.(Qs. Al-Isra’ (17) ayat 70)

 

Ketahuilah anda adalah orang yang luar biasa, hanya saja mungkin anda belum mengetahuinya. Anda mempunyai bakat dan kemampuan terpendam yang menakjubkan, yang jika anda gali dan anda gunakan dengan benar akan mengantarkan pada kehidupan yang anda inginkan.
Sadari, anda dikelilingi berbagai macam peluang, kesempatan serta kemungkinan untuk meraih apa yang anda impikan. Peluang dan kesempatan anda untuk menjadi orang besar sangat tak terbatas. Justru yang membatasi adalah diri anda dan pikiran – pikiran anda sendiri. Tanamkan dalam diri anda, bahwa “Anda akan menjadi orang seperti yang anda impikan”.
Hal ini sangat beralasan, sebab Allah SWT, telah memberikan berbagai kemudahan bagi manusia”. 


Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah Telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (Qs. Luqman (31) ayat 20)

“Satu – satunya alat ukur yang dapat membuktikan bahwa sesuatu itu mampu dilakukan adalah : orang lain pernah melakukan”. Artinya, bahwa anda memiliki kesempatan yang sama untuk dapat melakukan apa yang orang bisa lakukan. Memang, setiap manusia dianugerahi kemampuan yang berbeda, permasalahannya adalah kadang muncul pemikiran “ah…saya tidak punya keahlian, ah…saya memiliki kekurangan, ah…saya ini dan itu dan sebagainya”.
Tanyakan dalam diri, dengan keluhan yang demikian berarti anda tidak mensyukuri apa yang diberikan Allah SWT.
Anda mengatakan demikian karena anda belum menyadari bahwa anda adalah makhluk istimewa. Anda memiliki keunikan yang orang lain tidak miliki, coba anda gali lebih dalam lagi dan kenali lebih jauh lagi diri anda. Tanyakan, siapakah saya ?
Ketika muncul pertanyaan, siapakah saya ? banyak yang menjawab, “oh…saya orangnya temperamental, tegas, pantang menarik omongan, familier dan supel, saya begini dan begitu. Berarti anda mendiskripsikan diri anda atau sifat yang anda miliki, belum menjawab pertanyaan yang hakiki siapa anda sebenarnya ?
Seandainya saya ditanya demikian, maka saya akan menjawab. “Saya adalah hamba Allah SWT, yang beruntung. Saya adalah hamba Allah yang dianugerahi kelebihan dan kenikmatan. Saya adalah seorang yang memiliki manfaat bagi orang lain. Saya adalah sumber ide, pemikiran dan dapat memberikan peluang bagi orang lain untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang yang lain. Saya adalah hamba Allah SWT, yang selalu mensyukuri setiap nikmat yang diberikan. Dan saya adalah hamba Allah SWT, yang memiliki misi mengapa saya diciptakan”.
Tidak bisa juga dipungkiri, sekalipun kita sudah menanamkan keyakinan dan selalu berfikir dengan menciptakan keadaan yang menyenangkan, tetap saja kita masih dihadapkan pada sebuah kenyataan yang bisa saja melemahkan apa yang sudah terbentuk dalam pikiran kita.
Hukum Ekspektasi, mengatakan, “apapun yang anda harapkan dengan segenap keyakinan, akan menjadi ramalan yang menjadi kenyataan dengan sendirinya”. Jika setiap saat anda mengharapkan bahwa anda akan mencapai kesuksesan dimasa depan, dan hal itu disertai tindakan maka anda akan menjadi orang sukses. Harapan anda akan menentukan sikap anda. Dan sikap anda akan mempengaruhi orang lain untuk memperlakukan anda sesuai dengan apa yang anda pikirkan.
Sedangkan berdasarkan hukum daya tarik, bahwa anda adalah “magnet hidup” . Apa yang anda pikirkan akan mempengaruhi alam. Semakin anda memikirkan sesuatu yang anda inginkan, semakin bersemangat anda mencapainya. Dengan keadaan yang demikian anda menciptakan medan magnet yang luar biasa sehingga dapat menghantarkan anda kepada apa yang anda inginkan.
Anda adalah diri anda, bukan menjadi orang lain atau pura – pura menjadi diri anda. Mengenal siapa kita tidak sekedar mengetahui sifat serta kelemahan dan kelebihan kita.
Orang yang mengerti siapa dirinya adalah orang yang memiliki tujuan hidup dan mengerti tugas dan tanggung jawabnya didunia, orang yang dapat berani memulai dengan apa yang dia punya, yang mampu mendamaikan hati dan pikirannya, yang mampu merubah kesempitan menjadi kesempatan, yang bisa merubah kelemahan menjadi kelebihan, yang dapat merubah kesedihan menjadi kebahagiaan, yang merubah kesia – siaan menjadi suatu yang berharga, yang berani mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan.
Dengan segala sesuatu yang ada pada diri anda, jadikan diri anda istimewa, seperti Allah SWT menciptakan diri anda dengan istimewa. Oleh karenanya, syukuri apa yang melekat pada diri anda.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar